Langsung ke konten utama

Postingan

Hadiah di Zaman Kita Adalah Suap

Amru bin Muhajir menuturkan: Pada suatu hari Umar bin Abdul Aziz menginginkan sebuah apel. Katanya: “ Alangkah enaknya jika kita punya apel. Baunya harum dan rasanya enak. ” Kemudian seorang lelaki dari keluarganya pergi untuk menghadiahkan sebuah apel untuknya. Ketika utusan saudara Umar datang membawakan apel untuknya, dia berkata: “ Betapa harum baunya dan betapa bagus kulit buahnya. Bawa kembali apel wahai anak muda dan sampaikan salamku kepada si fulan pemberi apel ini. Katakan padanya bahwa hadiah yang dia berikan telah kami terima sesuai dengan yang dia niatkan ”. Aku (Amru bin Muhajir) berkata: “ Wahai Amirul Mukminin, pemberi apel itu adalah anak pamanmu dan seorang laki-laki dari anggota keluargamu, sedang engkau sudah mengetahui bahwa Nabi saw mau memakan hadiah, tetapi beliau tidak menerima sedekah ”. Umar menjawab: “ Celaka kamu, sesungguhnya hadiah pada zaman Nabi saw adalah benar-benar hadiah, tapi pada zaman kita ini, hadiah itu adalah suap (risywah) ”.
Postingan terbaru

Anakku, Hak Keluarga Bukan Pada Harta Rakyat!

Pada suatu hari, sampailah harta kekayaaan dari zakat dan jizyah yang dikirim dari beberapa daerah ke kota Madinah. Maka datang puteri Umar bin Khattab, Hafshah ra, kepadanya meminta bagian. Dia berkata sambil bergurau: “ Wahai Amirul Mukminin, keluarkanlah hak kaum kerabat anda dari harta ini! Bukankah Allah telah berpesan mengenai kaum kerabat? ” “ Anakku ”, ujar Umar bersungguh-sungguh, “ Hak kaum kerabat diambil dari harta ayah sendiri. Adapun harta ini adalah harta kaum muslimin. Ayo, berdirilah dan pulanglah ke rumahmu! ” Memang, Umar mendapat didikan dari Muhammad RAsulullah SAW. Ia melihat gurunya berkata kepada puteri yang paling disayanginya: “ Tidak wahai Fatimah, di antara kaum muslimin, masih ada yang lebih membutuhkan harta ini daripada kamu! ”. Permintaan puterinya tidak dipenuhi dan harta itu diberikan kepada orang lain yang lebih membutuhkan.

Aku Hanya Seorang Lelaki Biasa dari Kaum Muslimin

Setelah Umar bin Abdul Aziz menguburkan Sulaiman bin Abdul Malik, dia mendengar bunyi bumi bergemuruh. Ternyata itu adalah suara iring-iringan kendaraan kekhalifahan yang terdiri dari kuda besar, kuda pacu dan kuda tunggangan. Pada setiap kendaraan terdapat seorang pemandu. “ Apa semua ini? ”, Tanya Umar. “ Ini adalah kendaraan-kendaraan kekhalifahan, wahai Amirul Mukminin. Sudah siap untuk anda kendarai ”, jawab mereka. “ Apa hubunganku dengan ini. Singkirkan semua itu dariku. Kudaku lebih layak untuk aku kendarai ”, titah Umar kepada mereka. Kemudian seorang kepala polisi berjalan dengan tombak di depannya. Umar berkata kepadanya: “ Menyingkirlah kamu dariku. Ada perlu apa kamu dengan semua ini. Sesungguhnya aku hanya seorang lelaki biasa dari kaum muslimin .”

Warisan Bagi Khalifah Pengganti

Adalah suatu kebiasaan, apabila seorang khalifah wafat, maka semua pakaian dan wewangian yang sudah dipakainya diwariskan kepada anak-anaknya, sedangkan pakaian dan wewangian yang belum dipakai diwariskan kepada khalifah penggantinya. Beberapa saat setelah Umar bin Abdul Aziz dilantik menjadi khalifah, datanglah keluarga khalifah sebelumnya, Sulaiman bin Abdul Malik. Mereka berkata: “ Ini adalah pakaian dan wewangian yang sudah dipakai khalifah, maka ini untuk anak-anaknya. Sedangkan ini yang belum dipakainya, untuk khalifah sesudahnya. Maka ini untuk engkau .” Umar berkata kepada mereka: “ Ini semua bukan milikku dan bukan juga milik Sulaiman. Juga bukan milik kalian. Masukkan semua ini ke Baitul Mal kaum muslimin”.

Ketika Umar Mengambil Sumpah Gubernurnya ...

Setiap kali Umar memilih gubernur, maka dia takkan mengangkatnya sebelum dia memegang tangannya seraya mengatakan padanya: “ Saya mengangkat anda untuk menguasai daerah kaum muslimin, tidak pula untuk menguasai kehormatan mereka. Tetapi saya mengangkat anda untuk mendirikan shalat, membagikan harta dan memimpin mereka dengan adil ”. Kemudian Umar menyebutkan larangan-larangan: Jangan mengendari kendaraan/hewan yang indah… Jangan memakai pakaian yang halus …. Jangan memakan makanan yang mewah … Dan jangan menutup telinga dari keluhan-keluhan rakyat… Apa maksud Umar melarang para pejabat di daerah untuk menikmati barang-barang yang baik yang sebetulnya halal dan tidak dilarang? Maksudnya tidak lain agar mereka selalu menjalani kehidupan setaraf dengan rakyat yang miskin dan melarat dan agar mereka berada pada kedudukan mereka yang sebenarnya, yaitu sebagai pelayanan masyarat dan bukan majikan yang dilayani masyarakat. Mengenai larangan-larangan di atas, Umar s

Duhai Celaka Umar! Betapa Banyak Anak-anak Muslim Yang Telah Dibunuhnya

Pada suatu malam, sebagian kafilah yang tiba di Madinah berkemah di luar kota. Dengan ditemani Abdurrahman bin Auf, Amirul Mukminin pergi ke luar untuk meninjau kafilah itu. Ketika malam telah larut dan mendekati dini hari, mereka duduk dekat kafilah yng sedang tidur nyenyak. “ Sebaiknya kita tinggal di sini saja sampai pagi supaya bisa menjaga tamu-tamu kita ”, kata Umar. Tiba-tiba terdengar suara bayi menangis. Umar tersentak dan termangu. Dia menung-gu barangkali anak itu berhenti menangis. Tetapi anak itu semakin menangis menjadi-jadi. Umar mendatangi suara tangisan itu. Ternyata ibunya sedang meninabobokannya. “ Takutlah kepada Allah, perlakukanlah anak itu dengan baik ”, kata Umar kepada ibu itu. Umar pun kembali. Tapi tak lama berselang, bayi itu kembali menangis. Umar segera menuju tempat itu lagi dan berseru kepada ibu itu, “ Telah saya katakan, takutlah kepada Allah dan perlakukan anak itu dengan baik ”. Umar kembali ke tempatnya. Tapi belum sempat dia duduk, tangis bayi i

Jabatan Tidak Akan Diberi kepada Orang yang Memintanya

Pada suatu ketika, Umar bermaksud menunjuk salah seorang sahabatnya untuk menjabat gubernur di suatu daerah. Sekiranya sahabat itu bersabar beberapa saat, tentulah ia dipanggil oleh Umar untuk diserahi amanah yang telah direncanakan.  Tapi rupanya sahabat itu terburu nafsu. Dia masuk dalam perkara yang tidak disukai Umar. Dia pergi menemui Amirul Mukminin agar diangkat untuk memegang jabatan itu. Umar hanya tersenyum melihat perilaku sahabatnya itu. Setelah beberapa saat, Umar berkata kepada sahabatnya itu: “ Memang kami berencana untuk itu, tetapi menjadi prinsip kami bahwa orang yang menuntut jabatan tak akan diperkenankan dan diberi kesempatan ”. Demikianlah, calon itu ditolak dan jabatan itu diserahkan kepada orang lain. Ibroh: Umar memilih pejabat di daerah dengan teliti dan sangat hati-hati. Dia menolak orang yang berusaha untuk mendapatkan jabatan atau memintanya untuk dirinya. Dia mengikuti jejak Rasulullah SAW yang bersabda: إنا و الله لا نولي هذا الأمر أحدا يسأله أو

Unta Ini Milik Putera Amirul Mukminin

Umar bin Khattab menolak keluarga untuk mendapat hak-hak istimewa, bahkan memaksa mereka untuk hidup bersamanya meniti jalan yang lebih tajam dari mata pedang dan lebih halus dari rambut dibelah tujuh. Angan-angan untuk hidup nikmat karena keluarga Amirul Mukminin, malah menjadi sebaliknya, mereka sengsara dan menderita karena menjadi kerabat Umar. Pada suatu hari, Umar bin Khattab mengitari pasar untuk mengadakan pemeriksaan. Maka tampak olehnya unta-unta gemuk yang berbeda dengan unta-unta lainnya. “ Unta siapa ini? ”, Tanya Umar. “ Unta Abdullah bin Umar ”, jawab mereka. Mendengar itu, meledaklah amarahnya seolah-olah kiamat telah datang. “ Abdullah bin Umar? Putra Amirul Mukminin?! ”, katanya. Kemudian dia mengirim utusan untuk mencari puteranya secepat mungkin. Abdullah datang dengan tergopoh-gopoh. Setelah anaknya sampai di depannya, Umar mimilin ujung misainya (kebiasaannya sebagai isyarat bahwa dia sedang menghadapi urusan yang penting). Kemudian katanya: “ Bagaimana mengen

Saya Menjadi Pemimpin Terburuk Jika .....

Meskipun sebagai kepala Negara, Umar menghindarkan diri dari kesenangan dan fasilitas yang biasa para penguasa. Ia ingin menjadi orang yang pertama lapar jika terjadi paceklik, dan yang paling terakhir kenyang jika rakyatnya makmur. Rasa tanggung jawabnya mengharuskannya merasakan kesusahan dan kesulitan yang diderita orang lain.  Dia pernah mengucapkan: “ Mana mungkin saya dapat menaruh perhatian terhadap keadaan umat, jika saya sendiri tidak merasakan penderitaan mereka ”. Sewaktu kaum muslimin ditimpa kekurangan dagin g dan minyak samin, Amirul Mukminin Umar bin Khattab menggunakan minyak biasa sebagai campuran bahan makanannya hingga perut merintih berbunyi-bunyi. Dia mengusap perutnya dan berkata: “ Wahai perut, kamu harus membiasakan makan minyak goreng ini selama harga minyak samin melangit ”. Pada tahun paceklik, banyak jatuh korban jiwa di Madinah karena kelaparan. Umar menyuruh menyembelih binatang ternak dan membagi-bagikan dagingnya kepada penduduk. Para petugas pemotong

Pidato Pelantikan Umar bin Khattab

Sewaktu menerima baiat dan pengangkatannya, Umar berpidato: Hai umat Muhammad! Saya telah diangkat sebagai pemimpin kalian. Seandainya tidaklah didorong oleh harapan bahwa saya menjadi orang yang terbaik di antara kalian, orang yang terkuat bagi kalian, dan orang yang paling teguh mengurusi urusan-urusan kalian, tidaklah saya menerima jabatan ini. Sungguh berat bagi Umar, menunggu datangnya saat perhitungan”. Coba renungkan ucapannya: “ Sungguh berat bagi Umar, menunggu datangnya saat perhitungan ”. Pikiran tokoh ini benar-benar tertuju pada kalimat yang akan ditanyakan Allah kepadanya nanti di hari perhitungan dan jawaban yang akan dia ucapkan kepada Ilahi. Baginya, kehormatan tidak terletak pada pangkat atau kedudukan, tapi pada keberhasilan merebut keridlaan Allah. Harapan yang dinanti-nanti oleh Umar adalah pengampuan dari Allah. Jabatan, kekuasaan, ketenaran, pengaruh, kesenangan dan kemewahan yang ada di sekitarnya, dianggapnya sebagai ujian. Ia senantiasa memohon kepada All

Saya Tidak Membutuhkan Jabatan Khalifah

Sewaktu Umar bin Khattab merasa dirinya hendak dipanggil menemui Khaliqnya, di saat perpisahan dengan dunia telah dekat waktunya, padahal masalah besar di hadapannya belum terpecahkan, yaitu mencari khalifah yang akan diserahi amanat dan kedali pemerintahan, …. Tiba-tiba Mughirah bin Syu’bah mendekati seraya berkata: “ Hai Amirul Mukminin, saya dapat menunjukkan kepada anda orangnya. Dia adalah … Abdullah bin Umar ”. Mendengar itu, darah Umar berdesir cepat, katanya: “ Tak ada ambisi bagi kami dalam mengurusi urusan tuan-tuan! Saya tak membutuhkan jabatan khalifah, apalagi mengharapkannya bagi salah satu anggota keluarga saya. Sekiranya menjadi khalifah itu baik, maka kami telah mendapatkannya. Dan sekiranya buruk, maka cukuplah seorang saja di antara keluarga Umar yang diadili dan ditanya tentang urusan umat Muhammad… !” “ Ketahuilah, saya telah berusaha sekuat tenaga saya, dan kemudian menghalangi keluarga saya untuk mengikuti langkah saya. Sekiranya saya berhasil lolos dengan p

Hukuman Dilipatgandakan Bila Kerabat Umar Melanggar

Umar menyadari bahwa ujian yang paling berat yang dia hadapi adalah hubungannya dengan anggota keluarganya. Dia harus bersikap menyamakan mereka dan kamu muslimin yang lain di depan hukum atau peraturan yang dia buat. Suatu hari ketika dia membuat undang-undang atau larangan, maka dia mengumpulkan keluarganya dan berkata: “ Saya telah melarang umat mengenai hal ini. Mereka akan melihat kalian, tak ubahnya bagai burung melihat daging. Maka jika kalian jatuh, mereka juga akan jatuh. Dan jika kalian takut, maka mereka juga akan merasa takut ”. Dia meneruskan lagi: “ Sungguh demi Allah, tak seorangpun di antara kalian yang melanggar apa yang saya larang, saya akan melipatgandakan hukumannya disebabkan hubungan keluarga dengan saya. Nah, siapa yang hendak melakukan di antara kalian, silakan dan terserah. Dan siapa yang hendak menghindarinya, maka silakan dan terserah pula …! ” Ibroh:        Pejabat hendaknya memahamkan keluarganya bahwa mereka adalah contoh ikutan dan teladan bagi ra

Kenyangkan Rakyatmu Dengan Makanan Yang Biasa Kamu Makan!

Pada suatu hari, Umar menerima bingkisan makanan dari pembesarnya di daerah. Kepada utusan, Umar menanyakan: “ Apa ini? ” “ Kue yang biasa dibikin oleh penduduk Azerbaijan ”, jawab utusan itu, “ Dan sengaja dikirim untuk anda dari ‘Atabah bin Farqad (gubernur Azerbaijan) ”, sambung mereka. Umar mencicipi makanan itu dan ternyata enak sekali, maka utusan itu pun ditanya: “ Apakah seluruh kaum muslimin di sana menikmati makanan seperti ini? ” “ Tidak , makanan ini hanya bagi golongan tertentu saja ”, jawab utusan itu. Umar menutup kembali wadah makanan itu dengan rapi, kemudian perintahnya kepada utusan itu: “ Di mana untamu? Bawalah barang kiriman ini dan kembalikan kepada ‘Atabah serta sampaikan pesan Umar kepadanya: “Takutlah kepada Allah dan kenyangkan kaum muslimin lebih dahulu dengan makanan yang biasa kamu makan! ”

Dia Tidak Mempunyai Baju Selain Yang Ini

Maslamah bin Abdul Malik (saudara istri Umar bin Abdul Aziz) menuturkan: Pada suatu hari aku mengunjungi Umar bin Abdul Aziz yang sedang sakit. Di pembaringannya, aku melihatnya memakai baju yang sudah kotor. “ Wahai Fatimah, cucilah baju Amirul Mukminin !”, pintaku kepada Fatimah binti Abdul Malik. “ Kami akan melakukannya, insya Allah ”, kata Fatimah. Setelah itu aku pulang. Beberapa waktu kemudian, aku kembali ke tempat Umar. Aku melihatnya masih memakai pakaian yang kemarin. “ Wahai Fatimah, bukan aku telah menyuruh kalian untuk mencuci baju Amirul Mukminin. Saat ini banyak orang akan menjenguk ”, kataku kepada Fatimah. Dia menjawab: “ Demi Allah, dia tidak mempunyai baju selain yang  ini ”. * * * Imarah bin Abu Hafshah menuturkan: Maslamah bin Abdul Malik mengunjungi Umar bin Abdul Aziz ketika sakit. Ketika itu Umar memakai baju yang sudah kotor kerahnya dan sudah sobek. Ia berkata kepada Fatimah: “ Berikan kepadaku baju yang lain untuk dipakai Amirul Mukminin, karena ban

Juallah Cincinmu, Wahai Anakku !

Ketika Umar bin Abdul Aziz mengetahui bahwa salah seorang anaknya telah membeli cincin dengan hiasan batu mulia seharga 1.000 (seribu) dirham, dia menulis sepucuk surat kepadanya.  Bunyinya: “ Wahai anakku, aku bersumpah kepadamu agar menjual lagi cincin tersebut dan agar memberikan 1.000 (seribu) kaum fakir miskin dengan harga itu. Kemudian kami membeli sebuah cincin besi seharga 1 (satu) dirham lalu ukirlah padanya kalimat “ Sesungguhnya Allah merahmati orang-orang yang tahu diri ”.

Satu Dirham pun Engkau Tak Punya

Aun bin Muammar menuturkan: Suatu hari, Umar bin Abdul Aziz bertanya kepada istrinya: “ Wahai Fatimah, apa engkau mempunyai uang satu dirham agar aku dapat membeli anggur? ” Istrinya menjawab: “ Tidak ada !” Umar bertanya lagi: “ Lalu, apa engkau mempunyai seperdelapan dirham untukku membeli anggur? ” Istrinya berujar: “ Engkau adalah Amirul Mukminin, tapi uang satu dirham atau seperdelapan dirham pun untuk membeli anggur engkau tak punya ? ” Umar menjawab: “ Ini lebih ringan bagi kita daripada menerima belenggu besi neraka Jahannam ”.

Saya Tidak Akan Mau Lagi Menjadi Gubernur

. Fadhal bin Rabi berkata: "Aku mendengar Fudhail bin Iyadh berkata: 'Aku mendengar salah seorang gubernur Umar Bin Abdul Aziz melapor kepadanya. Kemudian Umar mengirim sepucuk surat kepadanya yang berisi: " Wahai saudaraku, aku memperingatkan kamu sepanjang malam dengan penduduk neraka yang masuk kedalam neraka selama-lamanya. Janganlah sampai kamu memasukinya. Ia akan menjadi masa yang paling terakhir dan harapan yang sudah putus ". Usai membaca surat tersebut, dia segera datang menemui Khalifah Umar Bin Abdul Aziz dengan menempuh jalan pintas. Khalifah Umar Bin Abdul Aziz bertanya: " Apa penyebab kedatanganmu ?" Gubernur itu menjawab: " Anda membuat jantung saya copot dengan surat anda itu. Saya tidak akan mau lagi menjadi gubernur untuk selama-lamanya hingga saya dipanggil Allah ." ' Ibroh: Salah satu kriteria pengangkatan pejabat pada masa Khulafa Ar-Rasyidin adalah ketakwaan pejabat itu kepada Allah. Cukuplah ketakwaan

Serigala pun Tidak Memangsa Kambing

KISAH : Malik bin Dinar berkata: "Ketika Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah, para penggembala kambing di puncak gunung berkata: 'Siapakah khalifah yang saleh yang sedang memerintah manusia sekarang ini ?' Lalu orang-orang yang berasal dari kota bertanya kepada mereka: 'Mengapa kalian mengetahui semua itu?' Para penggembala menjawab: 'Sesungguhnya pemerintahan apabila dipegang oleh seorang khalifah yang saleh, serigala dan singa tidak akan mengganggu kambing-kambing kami !' " Hasan al-Qashar berkata: "Aku bekerja sebagai pemerah susu kambing pada pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Pada suatu ketika, aku melewati seorang penggembala, sedangkan di tengah-tengah gerombolan kambingnya ada tiga puluh serigala. Padahal sebelumnya aku mengira gerombolan anjing karena aku belum pernah melihat serigala. Aku bertanya: 'Wahai penggembala, untuk apa anjing sebanyak ini ?' Dia menjawab: 'Wahai anak muda, ini bukan kawanan anjing,

Tidak Ada Campur Tangan Istri Dalam Kebijakan

KISAH : Pada suatu hari, Umar bin Khattab menjatuhkan hukuman kepada salah seorang pejabatnya. Maka istrinya, Atikah, menunggu-nunggu saat yang baik, yaitu di saat suaminya tenang, untuk mengusulkan jasa baik terhadap pejabat itu. Akhirnya kesempatan itu tiba, namun ketika sampai di hadapan Umar, yang dikatakannya tidak lebih dari : "Apakah kiranya kesalahannya …. ?" Mendengar pertanyaan itu, amarah Umar pun meledak, seolah-olah suatu sendi dari agamanya hancur berantakan. Kemudian serunya : "Hai musuh Allah, apa urusanmu dalam masalah ini ?" Pada peristiwa ini, Umar menganggap tindakan istrinya sebagai campur tangan dalam tanggung jawab sebagai pemegang amanah pemerintahan, tanpa dia memintanya. Seandainya masalah ini merupakan obyek perundingan antara dia dengan istrinya, tentulah Umar bersedia dan takkan keberatan menerima buah pikiran dan pendapat yang dikemukakan oleh istrinya. IBROH: Ketika iblis yang telah berputus asa karena tidak berhasil m

Pakaian Gembala untuk Sang Gubernur

KISAH : Pada suatu hari, Umar bin Khattab bertanya kepada delegasi dari Homs yang berkunjung kepadanya tentang gubernur mereka, Abdullah bin Qarth. Maka jawab mereka: "Wahai Amirul Mu'minin, beliau adalah sebaik-baik gubernur seandainya dia tidak membangun sebuah rumah yang megah buat dirinya". Umar mendehem kemudian bertanya: "Rumah yang megah … ? Dia meninggikan dirinya atas rakyat ? Wah, wah, hai Ibnu Qarth !" Kemudian Umar mengirim seorang utusan dan berpesan kepadanya: "Mulailah dengan rumah itu, … bakar pintunya, setelah itu bawa dia ke sini!" Utusan itupun berangkat ke Homs dan pulang kembali ke Madinah disertai Gubernur Abdullah bin Qarth. Umar tidak mau menerimanya selama tiga hari. Pada hari keempat, Umar menyuruhnya menghadap. Dia menentukan tempat pertemuannya yaitu Harrah, tempat penggembalaan unta dan ternak-ternak lainnya. Ketika bertemu, Umar langsung menyuruhnya supaya membuka baju dan menggantikannya dengan pakaian gem

Umar bin Khattab: "Pukullah Anak Bangsawan Ini!"

KISAH : Tentang ucapannya untuk memberlakukan hukuman qishash bagi pejabat yang diangkatnya, Umar sungguh tidak bermain-main dengan ucapannya itu. Dan ini benar-benar terjadi pada diri Gubernur Mesir, Amr bin 'Ash. Suatu hari, seorang pemuda Mesir datang menghadap khalifah dengan wajah tampak duka dan menderita. Dia mengadu kepada khalifah: "Wahai Amirul Mu'minin, beginilah penderitaan orang yang melindungkan dirinya kepada anda … !" Setelah mendapat penjelasan, tahulah Umar bahwa pemuda ini telah dianiaya oleh Muhammad putra Gubernur Amr bin 'Ash. Ia dipukul oleh putra gubernur itu berkali-kali. Penyebabnya adalah karena dia mengalahkan Muhammad bin Amr dalam suatu perlombaan lari. Muhammad naik pitam dan mendera punggungnya dengan cambuk sambil berkata: "Nah, terimalah ini. Tidak tahukah kamu bahwa saya ini anak seorang bangsawan!" Amirul Mu'minin pun memanggil 'Amr bin 'Ash bersama putranya, Muhammad. Marilah kita mendengarkan

Hukum Qishash dari Rakyat untuk Pejabat

KISAH : Tanggung jawab Umar terhadap para pejabatnya tidak hanya terbatas pada pemilihan mereka secara tepat dan memberikan pengarahan dengan baik. Tindak tanduk para pejabat yang diangkatnya adalah merupakan bagian dari tanggung jawab kepemimpinan Umar. Dia memberikan jaminan bahwa kepemimpinan para pejabatnya di daerah adalah rahmat sehingga rakyat hidup tentram dan aman. Cara untuk mencapai yang demikian adalah dengan menempatkan rakyat sebagai pengawas bagi pejabatnya. Dia menindaklanjuti keluhan dan pengaduan yang disampaikan rakyat serta mengikuti dengan waspada segala tindakan dan perilaku para pejabatnya di setiap daerah dan kota. Pada suatu musim haji, dia mengumpulkan para gubernur dan pejabat, lalu berpidato di depan khalayak ramai yang tak terkira jumlah yaitu para jamaah haji yang datang dari berbagai penjuru daerah Islam: "Wahai umat Muhammad! Demi Allah, tidaklah saya mengirim para pejabat ke tengah-tengah tuan-tuan dengan maksud hendak memukul dan merampas

Umar dan Anak Unta yang Tersesat

KISAH : Kiamat seolah datang, seandainya Umar mendengar bahwa ada sepeser uang milik umum dicuri atau dirampas atau dibelanjakan secara boros. Tubuhnya akan gemetar dan hati orang yang melihatnya akan bergetar seolah-olah yang hilang bukan hanya satu atau dua rupiah tetapi seluruh kekayaan dan isi perbendaharaan baitul mal. Ia pernah bersumpah bahwa dirinya merasa takut akan pertanyaan Allah seandainya seorang unta hasil zakat hilang di pinggir sungai Tigris atau Eufrat, walaupun dia sendiri berada di Madinah. Pada suatu hari yang terik di musim panas yang amat menyengat, Usman bin Affan melepaskan padangan dari jendela dangaunya yang terletak di tempat yang tinggi. Tampak olehnya seorang laki-laki sedang mengiring dua ekor anak unta, sementara udara panas menyelubungi bagaikan lambaian lidah api yang menyala seolah-olah hendak membakar gunung dan menghancurkannya. " Kenapa orang ini tidak tinggal di rumah saja menunggu udara dingin ?" Tanya Usman dalam hati. Kem

"Saya Menangguhkan Makanan Enak Itu …"

KISAH : Pada suatu hari, sewaktu Amirul Mu'minin Umar bin Khattab sedang duduk menghadapi hidangan, ia dikunjungi oleh Hafash bin Abil 'Ash. Maka dia mengundang Hafash agar turut makan bersamanya. Tetapi ketika Hafash melihat dendeng kering yang menjadi lauk pauknya, dia menolak tawaran Amirul Mu'minin itu dengan mengucapkan " terima kasih ". Hafash tak mau repot mengunyah daging keras yang akan merusak perut besarnya untuk mencernanya. Umar memaklumi penolakannya sambil bertanya: " Apa yang membuatmu berat menerima hidangan kami ?" Hafash yang mempunyai sifat terbuka menyahut: " Lauknya terlampau keras dan liat, …dan sebentar lagi saya akan pulang untuk memakan makanan empuk yang telah disediakan untuk saya …" . Maka ujar Umar: " Pikirmu saya tak sanggup memesan domba-domba muda, kemudian saya suruh buang kulitnya, kemudian saya suruh pula menyediakan tepung terigu untuk membuat roti yang empuk, beberapa liter kurma yang digo