Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2008

Saya Tidak Akan Mau Lagi Menjadi Gubernur

. Fadhal bin Rabi berkata: "Aku mendengar Fudhail bin Iyadh berkata: 'Aku mendengar salah seorang gubernur Umar Bin Abdul Aziz melapor kepadanya. Kemudian Umar mengirim sepucuk surat kepadanya yang berisi: " Wahai saudaraku, aku memperingatkan kamu sepanjang malam dengan penduduk neraka yang masuk kedalam neraka selama-lamanya. Janganlah sampai kamu memasukinya. Ia akan menjadi masa yang paling terakhir dan harapan yang sudah putus ". Usai membaca surat tersebut, dia segera datang menemui Khalifah Umar Bin Abdul Aziz dengan menempuh jalan pintas. Khalifah Umar Bin Abdul Aziz bertanya: " Apa penyebab kedatanganmu ?" Gubernur itu menjawab: " Anda membuat jantung saya copot dengan surat anda itu. Saya tidak akan mau lagi menjadi gubernur untuk selama-lamanya hingga saya dipanggil Allah ." ' Ibroh: Salah satu kriteria pengangkatan pejabat pada masa Khulafa Ar-Rasyidin adalah ketakwaan pejabat itu kepada Allah. Cukuplah ketakwaan

Serigala pun Tidak Memangsa Kambing

KISAH : Malik bin Dinar berkata: "Ketika Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah, para penggembala kambing di puncak gunung berkata: 'Siapakah khalifah yang saleh yang sedang memerintah manusia sekarang ini ?' Lalu orang-orang yang berasal dari kota bertanya kepada mereka: 'Mengapa kalian mengetahui semua itu?' Para penggembala menjawab: 'Sesungguhnya pemerintahan apabila dipegang oleh seorang khalifah yang saleh, serigala dan singa tidak akan mengganggu kambing-kambing kami !' " Hasan al-Qashar berkata: "Aku bekerja sebagai pemerah susu kambing pada pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Pada suatu ketika, aku melewati seorang penggembala, sedangkan di tengah-tengah gerombolan kambingnya ada tiga puluh serigala. Padahal sebelumnya aku mengira gerombolan anjing karena aku belum pernah melihat serigala. Aku bertanya: 'Wahai penggembala, untuk apa anjing sebanyak ini ?' Dia menjawab: 'Wahai anak muda, ini bukan kawanan anjing,

Tidak Ada Campur Tangan Istri Dalam Kebijakan

KISAH : Pada suatu hari, Umar bin Khattab menjatuhkan hukuman kepada salah seorang pejabatnya. Maka istrinya, Atikah, menunggu-nunggu saat yang baik, yaitu di saat suaminya tenang, untuk mengusulkan jasa baik terhadap pejabat itu. Akhirnya kesempatan itu tiba, namun ketika sampai di hadapan Umar, yang dikatakannya tidak lebih dari : "Apakah kiranya kesalahannya …. ?" Mendengar pertanyaan itu, amarah Umar pun meledak, seolah-olah suatu sendi dari agamanya hancur berantakan. Kemudian serunya : "Hai musuh Allah, apa urusanmu dalam masalah ini ?" Pada peristiwa ini, Umar menganggap tindakan istrinya sebagai campur tangan dalam tanggung jawab sebagai pemegang amanah pemerintahan, tanpa dia memintanya. Seandainya masalah ini merupakan obyek perundingan antara dia dengan istrinya, tentulah Umar bersedia dan takkan keberatan menerima buah pikiran dan pendapat yang dikemukakan oleh istrinya. IBROH: Ketika iblis yang telah berputus asa karena tidak berhasil m

Pakaian Gembala untuk Sang Gubernur

KISAH : Pada suatu hari, Umar bin Khattab bertanya kepada delegasi dari Homs yang berkunjung kepadanya tentang gubernur mereka, Abdullah bin Qarth. Maka jawab mereka: "Wahai Amirul Mu'minin, beliau adalah sebaik-baik gubernur seandainya dia tidak membangun sebuah rumah yang megah buat dirinya". Umar mendehem kemudian bertanya: "Rumah yang megah … ? Dia meninggikan dirinya atas rakyat ? Wah, wah, hai Ibnu Qarth !" Kemudian Umar mengirim seorang utusan dan berpesan kepadanya: "Mulailah dengan rumah itu, … bakar pintunya, setelah itu bawa dia ke sini!" Utusan itupun berangkat ke Homs dan pulang kembali ke Madinah disertai Gubernur Abdullah bin Qarth. Umar tidak mau menerimanya selama tiga hari. Pada hari keempat, Umar menyuruhnya menghadap. Dia menentukan tempat pertemuannya yaitu Harrah, tempat penggembalaan unta dan ternak-ternak lainnya. Ketika bertemu, Umar langsung menyuruhnya supaya membuka baju dan menggantikannya dengan pakaian gem

Umar bin Khattab: "Pukullah Anak Bangsawan Ini!"

KISAH : Tentang ucapannya untuk memberlakukan hukuman qishash bagi pejabat yang diangkatnya, Umar sungguh tidak bermain-main dengan ucapannya itu. Dan ini benar-benar terjadi pada diri Gubernur Mesir, Amr bin 'Ash. Suatu hari, seorang pemuda Mesir datang menghadap khalifah dengan wajah tampak duka dan menderita. Dia mengadu kepada khalifah: "Wahai Amirul Mu'minin, beginilah penderitaan orang yang melindungkan dirinya kepada anda … !" Setelah mendapat penjelasan, tahulah Umar bahwa pemuda ini telah dianiaya oleh Muhammad putra Gubernur Amr bin 'Ash. Ia dipukul oleh putra gubernur itu berkali-kali. Penyebabnya adalah karena dia mengalahkan Muhammad bin Amr dalam suatu perlombaan lari. Muhammad naik pitam dan mendera punggungnya dengan cambuk sambil berkata: "Nah, terimalah ini. Tidak tahukah kamu bahwa saya ini anak seorang bangsawan!" Amirul Mu'minin pun memanggil 'Amr bin 'Ash bersama putranya, Muhammad. Marilah kita mendengarkan

Hukum Qishash dari Rakyat untuk Pejabat

KISAH : Tanggung jawab Umar terhadap para pejabatnya tidak hanya terbatas pada pemilihan mereka secara tepat dan memberikan pengarahan dengan baik. Tindak tanduk para pejabat yang diangkatnya adalah merupakan bagian dari tanggung jawab kepemimpinan Umar. Dia memberikan jaminan bahwa kepemimpinan para pejabatnya di daerah adalah rahmat sehingga rakyat hidup tentram dan aman. Cara untuk mencapai yang demikian adalah dengan menempatkan rakyat sebagai pengawas bagi pejabatnya. Dia menindaklanjuti keluhan dan pengaduan yang disampaikan rakyat serta mengikuti dengan waspada segala tindakan dan perilaku para pejabatnya di setiap daerah dan kota. Pada suatu musim haji, dia mengumpulkan para gubernur dan pejabat, lalu berpidato di depan khalayak ramai yang tak terkira jumlah yaitu para jamaah haji yang datang dari berbagai penjuru daerah Islam: "Wahai umat Muhammad! Demi Allah, tidaklah saya mengirim para pejabat ke tengah-tengah tuan-tuan dengan maksud hendak memukul dan merampas

Umar dan Anak Unta yang Tersesat

KISAH : Kiamat seolah datang, seandainya Umar mendengar bahwa ada sepeser uang milik umum dicuri atau dirampas atau dibelanjakan secara boros. Tubuhnya akan gemetar dan hati orang yang melihatnya akan bergetar seolah-olah yang hilang bukan hanya satu atau dua rupiah tetapi seluruh kekayaan dan isi perbendaharaan baitul mal. Ia pernah bersumpah bahwa dirinya merasa takut akan pertanyaan Allah seandainya seorang unta hasil zakat hilang di pinggir sungai Tigris atau Eufrat, walaupun dia sendiri berada di Madinah. Pada suatu hari yang terik di musim panas yang amat menyengat, Usman bin Affan melepaskan padangan dari jendela dangaunya yang terletak di tempat yang tinggi. Tampak olehnya seorang laki-laki sedang mengiring dua ekor anak unta, sementara udara panas menyelubungi bagaikan lambaian lidah api yang menyala seolah-olah hendak membakar gunung dan menghancurkannya. " Kenapa orang ini tidak tinggal di rumah saja menunggu udara dingin ?" Tanya Usman dalam hati. Kem

"Saya Menangguhkan Makanan Enak Itu …"

KISAH : Pada suatu hari, sewaktu Amirul Mu'minin Umar bin Khattab sedang duduk menghadapi hidangan, ia dikunjungi oleh Hafash bin Abil 'Ash. Maka dia mengundang Hafash agar turut makan bersamanya. Tetapi ketika Hafash melihat dendeng kering yang menjadi lauk pauknya, dia menolak tawaran Amirul Mu'minin itu dengan mengucapkan " terima kasih ". Hafash tak mau repot mengunyah daging keras yang akan merusak perut besarnya untuk mencernanya. Umar memaklumi penolakannya sambil bertanya: " Apa yang membuatmu berat menerima hidangan kami ?" Hafash yang mempunyai sifat terbuka menyahut: " Lauknya terlampau keras dan liat, …dan sebentar lagi saya akan pulang untuk memakan makanan empuk yang telah disediakan untuk saya …" . Maka ujar Umar: " Pikirmu saya tak sanggup memesan domba-domba muda, kemudian saya suruh buang kulitnya, kemudian saya suruh pula menyediakan tepung terigu untuk membuat roti yang empuk, beberapa liter kurma yang digo

Madu ini Tidak Halal Kita Makan

KISAH : Rayyah bin Ubadah berkata: Umar bin Abdul Aziz sangat suka makan dengan bercampur madu. Pada suatu hari dia meminta sedikit madu dari istrinya, tetapi dia tidak punya. Beberapa saat setelah itu, dia memberinya madu dan Umar merasa senang. Lalu dia berkata kepada istrinya: "Dari manakah madu ini kalian dapatkan?" Istrinya menjawab: " Aku menyerahkan dua dinar kepada pembantuku untuk membeli madu dengan memakai kuda pos. Lalu dia membelikannya untukku. " Umar berkata: " Aku bersumpah agar kamu menyerahkan semuanya kepadaku. " Lalu istrinya menyerahkan kepadanya sebuah roti berisi madu. Umar menjualnya dengan harga murah, lalu dia mengembalikan modal uang istrinya dan memasukkan sisanya ke Baitul Mal kaum muslimin. Dia berkata: " Binatang tunggangan kaum muslimin telah letih hanya disebabkan nafsu Umar! " * * * Fatimah binti Abdul Malik (Istri Umar bin Abdul Aziz) berkata: Pada suatu hari Umar bin Abdul Aziz menginginkan madu