Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2010

Ketika Umar Mengambil Sumpah Gubernurnya ...

Setiap kali Umar memilih gubernur, maka dia takkan mengangkatnya sebelum dia memegang tangannya seraya mengatakan padanya: “ Saya mengangkat anda untuk menguasai daerah kaum muslimin, tidak pula untuk menguasai kehormatan mereka. Tetapi saya mengangkat anda untuk mendirikan shalat, membagikan harta dan memimpin mereka dengan adil ”. Kemudian Umar menyebutkan larangan-larangan: Jangan mengendari kendaraan/hewan yang indah… Jangan memakai pakaian yang halus …. Jangan memakan makanan yang mewah … Dan jangan menutup telinga dari keluhan-keluhan rakyat… Apa maksud Umar melarang para pejabat di daerah untuk menikmati barang-barang yang baik yang sebetulnya halal dan tidak dilarang? Maksudnya tidak lain agar mereka selalu menjalani kehidupan setaraf dengan rakyat yang miskin dan melarat dan agar mereka berada pada kedudukan mereka yang sebenarnya, yaitu sebagai pelayanan masyarat dan bukan majikan yang dilayani masyarakat. Mengenai larangan-larangan di atas, Umar s

Duhai Celaka Umar! Betapa Banyak Anak-anak Muslim Yang Telah Dibunuhnya

Pada suatu malam, sebagian kafilah yang tiba di Madinah berkemah di luar kota. Dengan ditemani Abdurrahman bin Auf, Amirul Mukminin pergi ke luar untuk meninjau kafilah itu. Ketika malam telah larut dan mendekati dini hari, mereka duduk dekat kafilah yng sedang tidur nyenyak. “ Sebaiknya kita tinggal di sini saja sampai pagi supaya bisa menjaga tamu-tamu kita ”, kata Umar. Tiba-tiba terdengar suara bayi menangis. Umar tersentak dan termangu. Dia menung-gu barangkali anak itu berhenti menangis. Tetapi anak itu semakin menangis menjadi-jadi. Umar mendatangi suara tangisan itu. Ternyata ibunya sedang meninabobokannya. “ Takutlah kepada Allah, perlakukanlah anak itu dengan baik ”, kata Umar kepada ibu itu. Umar pun kembali. Tapi tak lama berselang, bayi itu kembali menangis. Umar segera menuju tempat itu lagi dan berseru kepada ibu itu, “ Telah saya katakan, takutlah kepada Allah dan perlakukan anak itu dengan baik ”. Umar kembali ke tempatnya. Tapi belum sempat dia duduk, tangis bayi i

Jabatan Tidak Akan Diberi kepada Orang yang Memintanya

Pada suatu ketika, Umar bermaksud menunjuk salah seorang sahabatnya untuk menjabat gubernur di suatu daerah. Sekiranya sahabat itu bersabar beberapa saat, tentulah ia dipanggil oleh Umar untuk diserahi amanah yang telah direncanakan.  Tapi rupanya sahabat itu terburu nafsu. Dia masuk dalam perkara yang tidak disukai Umar. Dia pergi menemui Amirul Mukminin agar diangkat untuk memegang jabatan itu. Umar hanya tersenyum melihat perilaku sahabatnya itu. Setelah beberapa saat, Umar berkata kepada sahabatnya itu: “ Memang kami berencana untuk itu, tetapi menjadi prinsip kami bahwa orang yang menuntut jabatan tak akan diperkenankan dan diberi kesempatan ”. Demikianlah, calon itu ditolak dan jabatan itu diserahkan kepada orang lain. Ibroh: Umar memilih pejabat di daerah dengan teliti dan sangat hati-hati. Dia menolak orang yang berusaha untuk mendapatkan jabatan atau memintanya untuk dirinya. Dia mengikuti jejak Rasulullah SAW yang bersabda: إنا و الله لا نولي هذا الأمر أحدا يسأله أو

Unta Ini Milik Putera Amirul Mukminin

Umar bin Khattab menolak keluarga untuk mendapat hak-hak istimewa, bahkan memaksa mereka untuk hidup bersamanya meniti jalan yang lebih tajam dari mata pedang dan lebih halus dari rambut dibelah tujuh. Angan-angan untuk hidup nikmat karena keluarga Amirul Mukminin, malah menjadi sebaliknya, mereka sengsara dan menderita karena menjadi kerabat Umar. Pada suatu hari, Umar bin Khattab mengitari pasar untuk mengadakan pemeriksaan. Maka tampak olehnya unta-unta gemuk yang berbeda dengan unta-unta lainnya. “ Unta siapa ini? ”, Tanya Umar. “ Unta Abdullah bin Umar ”, jawab mereka. Mendengar itu, meledaklah amarahnya seolah-olah kiamat telah datang. “ Abdullah bin Umar? Putra Amirul Mukminin?! ”, katanya. Kemudian dia mengirim utusan untuk mencari puteranya secepat mungkin. Abdullah datang dengan tergopoh-gopoh. Setelah anaknya sampai di depannya, Umar mimilin ujung misainya (kebiasaannya sebagai isyarat bahwa dia sedang menghadapi urusan yang penting). Kemudian katanya: “ Bagaimana mengen

Saya Menjadi Pemimpin Terburuk Jika .....

Meskipun sebagai kepala Negara, Umar menghindarkan diri dari kesenangan dan fasilitas yang biasa para penguasa. Ia ingin menjadi orang yang pertama lapar jika terjadi paceklik, dan yang paling terakhir kenyang jika rakyatnya makmur. Rasa tanggung jawabnya mengharuskannya merasakan kesusahan dan kesulitan yang diderita orang lain.  Dia pernah mengucapkan: “ Mana mungkin saya dapat menaruh perhatian terhadap keadaan umat, jika saya sendiri tidak merasakan penderitaan mereka ”. Sewaktu kaum muslimin ditimpa kekurangan dagin g dan minyak samin, Amirul Mukminin Umar bin Khattab menggunakan minyak biasa sebagai campuran bahan makanannya hingga perut merintih berbunyi-bunyi. Dia mengusap perutnya dan berkata: “ Wahai perut, kamu harus membiasakan makan minyak goreng ini selama harga minyak samin melangit ”. Pada tahun paceklik, banyak jatuh korban jiwa di Madinah karena kelaparan. Umar menyuruh menyembelih binatang ternak dan membagi-bagikan dagingnya kepada penduduk. Para petugas pemotong

Pidato Pelantikan Umar bin Khattab

Sewaktu menerima baiat dan pengangkatannya, Umar berpidato: Hai umat Muhammad! Saya telah diangkat sebagai pemimpin kalian. Seandainya tidaklah didorong oleh harapan bahwa saya menjadi orang yang terbaik di antara kalian, orang yang terkuat bagi kalian, dan orang yang paling teguh mengurusi urusan-urusan kalian, tidaklah saya menerima jabatan ini. Sungguh berat bagi Umar, menunggu datangnya saat perhitungan”. Coba renungkan ucapannya: “ Sungguh berat bagi Umar, menunggu datangnya saat perhitungan ”. Pikiran tokoh ini benar-benar tertuju pada kalimat yang akan ditanyakan Allah kepadanya nanti di hari perhitungan dan jawaban yang akan dia ucapkan kepada Ilahi. Baginya, kehormatan tidak terletak pada pangkat atau kedudukan, tapi pada keberhasilan merebut keridlaan Allah. Harapan yang dinanti-nanti oleh Umar adalah pengampuan dari Allah. Jabatan, kekuasaan, ketenaran, pengaruh, kesenangan dan kemewahan yang ada di sekitarnya, dianggapnya sebagai ujian. Ia senantiasa memohon kepada All

Saya Tidak Membutuhkan Jabatan Khalifah

Sewaktu Umar bin Khattab merasa dirinya hendak dipanggil menemui Khaliqnya, di saat perpisahan dengan dunia telah dekat waktunya, padahal masalah besar di hadapannya belum terpecahkan, yaitu mencari khalifah yang akan diserahi amanat dan kedali pemerintahan, …. Tiba-tiba Mughirah bin Syu’bah mendekati seraya berkata: “ Hai Amirul Mukminin, saya dapat menunjukkan kepada anda orangnya. Dia adalah … Abdullah bin Umar ”. Mendengar itu, darah Umar berdesir cepat, katanya: “ Tak ada ambisi bagi kami dalam mengurusi urusan tuan-tuan! Saya tak membutuhkan jabatan khalifah, apalagi mengharapkannya bagi salah satu anggota keluarga saya. Sekiranya menjadi khalifah itu baik, maka kami telah mendapatkannya. Dan sekiranya buruk, maka cukuplah seorang saja di antara keluarga Umar yang diadili dan ditanya tentang urusan umat Muhammad… !” “ Ketahuilah, saya telah berusaha sekuat tenaga saya, dan kemudian menghalangi keluarga saya untuk mengikuti langkah saya. Sekiranya saya berhasil lolos dengan p

Hukuman Dilipatgandakan Bila Kerabat Umar Melanggar

Umar menyadari bahwa ujian yang paling berat yang dia hadapi adalah hubungannya dengan anggota keluarganya. Dia harus bersikap menyamakan mereka dan kamu muslimin yang lain di depan hukum atau peraturan yang dia buat. Suatu hari ketika dia membuat undang-undang atau larangan, maka dia mengumpulkan keluarganya dan berkata: “ Saya telah melarang umat mengenai hal ini. Mereka akan melihat kalian, tak ubahnya bagai burung melihat daging. Maka jika kalian jatuh, mereka juga akan jatuh. Dan jika kalian takut, maka mereka juga akan merasa takut ”. Dia meneruskan lagi: “ Sungguh demi Allah, tak seorangpun di antara kalian yang melanggar apa yang saya larang, saya akan melipatgandakan hukumannya disebabkan hubungan keluarga dengan saya. Nah, siapa yang hendak melakukan di antara kalian, silakan dan terserah. Dan siapa yang hendak menghindarinya, maka silakan dan terserah pula …! ” Ibroh:        Pejabat hendaknya memahamkan keluarganya bahwa mereka adalah contoh ikutan dan teladan bagi ra

Kenyangkan Rakyatmu Dengan Makanan Yang Biasa Kamu Makan!

Pada suatu hari, Umar menerima bingkisan makanan dari pembesarnya di daerah. Kepada utusan, Umar menanyakan: “ Apa ini? ” “ Kue yang biasa dibikin oleh penduduk Azerbaijan ”, jawab utusan itu, “ Dan sengaja dikirim untuk anda dari ‘Atabah bin Farqad (gubernur Azerbaijan) ”, sambung mereka. Umar mencicipi makanan itu dan ternyata enak sekali, maka utusan itu pun ditanya: “ Apakah seluruh kaum muslimin di sana menikmati makanan seperti ini? ” “ Tidak , makanan ini hanya bagi golongan tertentu saja ”, jawab utusan itu. Umar menutup kembali wadah makanan itu dengan rapi, kemudian perintahnya kepada utusan itu: “ Di mana untamu? Bawalah barang kiriman ini dan kembalikan kepada ‘Atabah serta sampaikan pesan Umar kepadanya: “Takutlah kepada Allah dan kenyangkan kaum muslimin lebih dahulu dengan makanan yang biasa kamu makan! ”