Langsung ke konten utama

Saya Tidak Membutuhkan Jabatan Khalifah

Sewaktu Umar bin Khattab merasa dirinya hendak dipanggil menemui Khaliqnya, di saat perpisahan dengan dunia telah dekat waktunya, padahal masalah besar di hadapannya belum terpecahkan, yaitu mencari khalifah yang akan diserahi amanat dan kedali pemerintahan, ….

Tiba-tiba Mughirah bin Syu’bah mendekati seraya berkata: “Hai Amirul Mukminin, saya dapat menunjukkan kepada anda orangnya. Dia adalah … Abdullah bin Umar”.

Mendengar itu, darah Umar berdesir cepat, katanya:
Tak ada ambisi bagi kami dalam mengurusi urusan tuan-tuan! Saya tak membutuhkan jabatan khalifah, apalagi mengharapkannya bagi salah satu anggota keluarga saya. Sekiranya menjadi khalifah itu baik, maka kami telah mendapatkannya. Dan sekiranya buruk, maka cukuplah seorang saja di antara keluarga Umar yang diadili dan ditanya tentang urusan umat Muhammad…!”



Ketahuilah, saya telah berusaha sekuat tenaga saya, dan kemudian menghalangi keluarga saya untuk mengikuti langkah saya. Sekiranya saya berhasil lolos dengan pulang pokok, tanpa pahala dan tanpa dosa, maka sungguh saya benar-benar beruntung dan bahagia…


Postingan populer dari blog ini

Hadiah di Zaman Kita Adalah Suap

Amru bin Muhajir menuturkan: Pada suatu hari Umar bin Abdul Aziz menginginkan sebuah apel. Katanya: “ Alangkah enaknya jika kita punya apel. Baunya harum dan rasanya enak. ” Kemudian seorang lelaki dari keluarganya pergi untuk menghadiahkan sebuah apel untuknya. Ketika utusan saudara Umar datang membawakan apel untuknya, dia berkata: “ Betapa harum baunya dan betapa bagus kulit buahnya. Bawa kembali apel wahai anak muda dan sampaikan salamku kepada si fulan pemberi apel ini. Katakan padanya bahwa hadiah yang dia berikan telah kami terima sesuai dengan yang dia niatkan ”. Aku (Amru bin Muhajir) berkata: “ Wahai Amirul Mukminin, pemberi apel itu adalah anak pamanmu dan seorang laki-laki dari anggota keluargamu, sedang engkau sudah mengetahui bahwa Nabi saw mau memakan hadiah, tetapi beliau tidak menerima sedekah ”. Umar menjawab: “ Celaka kamu, sesungguhnya hadiah pada zaman Nabi saw adalah benar-benar hadiah, tapi pada zaman kita ini, hadiah itu adalah suap (risywah) ”.

Umar dan Anak Unta yang Tersesat

KISAH : Kiamat seolah datang, seandainya Umar mendengar bahwa ada sepeser uang milik umum dicuri atau dirampas atau dibelanjakan secara boros. Tubuhnya akan gemetar dan hati orang yang melihatnya akan bergetar seolah-olah yang hilang bukan hanya satu atau dua rupiah tetapi seluruh kekayaan dan isi perbendaharaan baitul mal. Ia pernah bersumpah bahwa dirinya merasa takut akan pertanyaan Allah seandainya seorang unta hasil zakat hilang di pinggir sungai Tigris atau Eufrat, walaupun dia sendiri berada di Madinah. Pada suatu hari yang terik di musim panas yang amat menyengat, Usman bin Affan melepaskan padangan dari jendela dangaunya yang terletak di tempat yang tinggi. Tampak olehnya seorang laki-laki sedang mengiring dua ekor anak unta, sementara udara panas menyelubungi bagaikan lambaian lidah api yang menyala seolah-olah hendak membakar gunung dan menghancurkannya. " Kenapa orang ini tidak tinggal di rumah saja menunggu udara dingin ?" Tanya Usman dalam hati. Kem...

Juallah Cincinmu, Wahai Anakku !

Ketika Umar bin Abdul Aziz mengetahui bahwa salah seorang anaknya telah membeli cincin dengan hiasan batu mulia seharga 1.000 (seribu) dirham, dia menulis sepucuk surat kepadanya.  Bunyinya: “ Wahai anakku, aku bersumpah kepadamu agar menjual lagi cincin tersebut dan agar memberikan 1.000 (seribu) kaum fakir miskin dengan harga itu. Kemudian kami membeli sebuah cincin besi seharga 1 (satu) dirham lalu ukirlah padanya kalimat “ Sesungguhnya Allah merahmati orang-orang yang tahu diri ”.