Langsung ke konten utama

Unta Ini Milik Putera Amirul Mukminin

Umar bin Khattab menolak keluarga untuk mendapat hak-hak istimewa, bahkan memaksa mereka untuk hidup bersamanya meniti jalan yang lebih tajam dari mata pedang dan lebih halus dari rambut dibelah tujuh. Angan-angan untuk hidup nikmat karena keluarga Amirul Mukminin, malah menjadi sebaliknya, mereka sengsara dan menderita karena menjadi kerabat Umar.
Pada suatu hari, Umar bin Khattab mengitari pasar untuk mengadakan pemeriksaan. Maka tampak olehnya unta-unta gemuk yang berbeda dengan unta-unta lainnya.

Unta siapa ini?”, Tanya Umar.
Unta Abdullah bin Umar”, jawab mereka.

Mendengar itu, meledaklah amarahnya seolah-olah kiamat telah datang.
Abdullah bin Umar? Putra Amirul Mukminin?!”, katanya.


Kemudian dia mengirim utusan untuk mencari puteranya secepat mungkin. Abdullah datang dengan tergopoh-gopoh. Setelah anaknya sampai di depannya, Umar mimilin ujung misainya (kebiasaannya sebagai isyarat bahwa dia sedang menghadapi urusan yang penting). Kemudian katanya:
Bagaimana mengenai unta ini, hai Abdullah?”, Tanya Umar.

Mulanya unta-unta ini kurus, saya beli dengan uang saya, kemudian saya kirim ke tempat penggembalaan dan nanti untuk diperjualbelikan, dan mengharapkan laba seperti orang lain”, jawab Abdullah.

Lalu ketika orang melihat unta-unta itu ”, sela Umar dengan sentilan menyengat, “Orang-orang akan berkata: gembalakan unta putera Amirul Mukminin, rawat baik-baik, sediakan minumnya. Dengan demikian, hai putera Amirul Mukminin, untamu jadi gemuk dan keuntunganmu berlipat ganda!”.

Titahnya kepada puteranya:
Hai Abdullah bin Umar, ambil kembali modalmu yang digunakan untuk membeli unta-unta itu, dan serahkan untungnya ke Baitul Mal milik kaum muslimin!

Subhanallah, betapa kerasnya Umar kepada puteranya. Abdullah bin Umar tidaklah melakukan perbuatan mungkar. Dia hanya ingin menggunakan hartanya yang halal untuk mencari keuntungan yang halal pula dari suatu jual beli yang halal pula. 
Bukankah Abdullah bin Umar adalah sahabat Nabi SAW, yang  agamanya, akhlaknya dan kepribadiannya tidak diragukan lagi? Iya, namun Umar menyadari, karena dia putera Amirul Mukminin, maka dia membatasi haknya karena khawatir puteranya mendapatkan keuntungan atau peluang yang tidak diperoleh orang-orang biasa? 



Postingan populer dari blog ini

Serigala pun Tidak Memangsa Kambing

KISAH : Malik bin Dinar berkata: "Ketika Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah, para penggembala kambing di puncak gunung berkata: 'Siapakah khalifah yang saleh yang sedang memerintah manusia sekarang ini ?' Lalu orang-orang yang berasal dari kota bertanya kepada mereka: 'Mengapa kalian mengetahui semua itu?' Para penggembala menjawab: 'Sesungguhnya pemerintahan apabila dipegang oleh seorang khalifah yang saleh, serigala dan singa tidak akan mengganggu kambing-kambing kami !' " Hasan al-Qashar berkata: "Aku bekerja sebagai pemerah susu kambing pada pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Pada suatu ketika, aku melewati seorang penggembala, sedangkan di tengah-tengah gerombolan kambingnya ada tiga puluh serigala. Padahal sebelumnya aku mengira gerombolan anjing karena aku belum pernah melihat serigala. Aku bertanya: 'Wahai penggembala, untuk apa anjing sebanyak ini ?' Dia menjawab: 'Wahai anak muda, ini bukan kawanan anjing,

Umar dan Anak Unta yang Tersesat

KISAH : Kiamat seolah datang, seandainya Umar mendengar bahwa ada sepeser uang milik umum dicuri atau dirampas atau dibelanjakan secara boros. Tubuhnya akan gemetar dan hati orang yang melihatnya akan bergetar seolah-olah yang hilang bukan hanya satu atau dua rupiah tetapi seluruh kekayaan dan isi perbendaharaan baitul mal. Ia pernah bersumpah bahwa dirinya merasa takut akan pertanyaan Allah seandainya seorang unta hasil zakat hilang di pinggir sungai Tigris atau Eufrat, walaupun dia sendiri berada di Madinah. Pada suatu hari yang terik di musim panas yang amat menyengat, Usman bin Affan melepaskan padangan dari jendela dangaunya yang terletak di tempat yang tinggi. Tampak olehnya seorang laki-laki sedang mengiring dua ekor anak unta, sementara udara panas menyelubungi bagaikan lambaian lidah api yang menyala seolah-olah hendak membakar gunung dan menghancurkannya. " Kenapa orang ini tidak tinggal di rumah saja menunggu udara dingin ?" Tanya Usman dalam hati. Kem

Hadiah di Zaman Kita Adalah Suap

Amru bin Muhajir menuturkan: Pada suatu hari Umar bin Abdul Aziz menginginkan sebuah apel. Katanya: “ Alangkah enaknya jika kita punya apel. Baunya harum dan rasanya enak. ” Kemudian seorang lelaki dari keluarganya pergi untuk menghadiahkan sebuah apel untuknya. Ketika utusan saudara Umar datang membawakan apel untuknya, dia berkata: “ Betapa harum baunya dan betapa bagus kulit buahnya. Bawa kembali apel wahai anak muda dan sampaikan salamku kepada si fulan pemberi apel ini. Katakan padanya bahwa hadiah yang dia berikan telah kami terima sesuai dengan yang dia niatkan ”. Aku (Amru bin Muhajir) berkata: “ Wahai Amirul Mukminin, pemberi apel itu adalah anak pamanmu dan seorang laki-laki dari anggota keluargamu, sedang engkau sudah mengetahui bahwa Nabi saw mau memakan hadiah, tetapi beliau tidak menerima sedekah ”. Umar menjawab: “ Celaka kamu, sesungguhnya hadiah pada zaman Nabi saw adalah benar-benar hadiah, tapi pada zaman kita ini, hadiah itu adalah suap (risywah) ”.