
Pada suatu ketika, Umar bermaksud menunjuk salah seorang sahabatnya untuk menjabat gubernur di suatu daerah. Sekiranya sahabat itu bersabar beberapa saat, tentulah ia dipanggil oleh Umar untuk diserahi amanah yang telah direncanakan.
Tapi rupanya sahabat itu terburu nafsu. Dia masuk dalam perkara yang tidak disukai Umar. Dia pergi menemui Amirul Mukminin agar diangkat untuk memegang jabatan itu.
Umar hanya tersenyum melihat perilaku sahabatnya itu. Setelah beberapa saat, Umar berkata kepada sahabatnya itu: “Memang kami berencana untuk itu, tetapi menjadi prinsip kami bahwa orang yang menuntut jabatan tak akan diperkenankan dan diberi kesempatan”.
Demikianlah, calon itu ditolak dan jabatan itu diserahkan kepada orang lain.
Ibroh:
Umar memilih pejabat di daerah dengan teliti dan sangat hati-hati. Dia menolak orang yang berusaha untuk mendapatkan jabatan atau memintanya untuk dirinya. Dia mengikuti jejak Rasulullah SAW yang bersabda:
إنا و الله لا نولي هذا الأمر أحدا يسأله أو يحرص عليه
"Demi Allah, sesungguhnya kami tak akan menyerahkan jabatan ini kepada prang yang meminta atau menginginkannya”.
Lalu, bagaimana dengan perilaku para pejabat kita saat ini, yang berupaya melakukan berbagai cara yang dilarang agama maupun bertentangan dengan norma-norma umum di masyarakat, untuk memperoleh jabatan yang diinginkannya. Na'udzubillahi min dzalik.